
Pernyataan tegas ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri China pada Kamis (17/4/2025), merespons kebijakan Washington yang menetapkan tarif impor hingga 245 persen.
Langkah AS tersebut diumumkan lebih dulu pada Selasa (15/4/2025) dan menjadi bagian dari gelombang baru perang dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia.
Selain tarif sebesar 245 persen, AS juga memberlakukan tarif 125 persen sebagai bentuk balasan terhadap kebijakan perdagangan China, serta tarif tambahan yang berkisar antara 7,5 persen hingga 100 persen terhadap sejumlah produk lain, termasuk yang berkaitan dengan krisis opioid sintetik fentanil.
Presiden AS Donald Trump, dalam pernyataan pada Rabu (2/4/2025), menyebut bahwa kebijakan tarif ini ditujukan kepada banyak negara, namun China menjadi sasaran utama.
Sementara itu, beberapa negara lain menerima penangguhan tarif selama 90 hari. Tidak demikian halnya dengan China yang justru semakin ditekan oleh kebijakan dagang baru tersebut.
China Respon dengan Tarif Balasan dan Gugat ke WTO
Menanggapi tekanan ini, China tidak tinggal diam. Pemerintah China langsung memberlakukan tarif balasan terhadap produk-produk dari AS hingga sebesar 125 persen.
Langkah ini disertai penegasan bahwa negosiasi hanya akan dilakukan apabila ada prinsip saling menghormati di antara kedua negara.
Hingga saat ini, Beijing belum menunjukkan tanda-tanda ingin membuka kembali pembicaraan dagang dengan Washington.
Sebaliknya, sejumlah negara lain memilih menjalin kesepakatan bilateral dengan AS untuk menghindari ketidakpastian yang disebabkan oleh perang tarif ini.
Sebagai bentuk perlawanan formal, China juga mengajukan keluhan resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menuduh AS melanggar aturan perdagangan internasional.
Dalam gugatan tersebut, China menyampaikan keprihatinannya atas kebijakan tarif sepihak yang dinilai bertentangan dengan prinsip multilateralisme dan stabilitas ekonomi global.
Selain itu, China menunjuk Li Chenggang—mantan perwakilan tetap China di WTO—sebagai negosiator perdagangan yang baru, menggantikan Wang Shouwen.
Penunjukan ini dipandang sebagai bagian dari strategi diplomatik dan ekonomi baru China dalam menghadapi tekanan dagang dari AS.
Trump Tunggu “Panggilan” dari China
Di sisi lain, Presiden Trump menyatakan bahwa ia masih menunggu respons dari China untuk melanjutkan dialog dagang. Namun, ia menegaskan bahwa Beijing harus mengambil langkah pertama.